Rabu, 10 September 2008

PERNIKAHAN



(Ini adalah kutipan undangan pernikahanku yang berbentuk buku kecil)

Dalam membaca cerita-cerita roman, kita selalu berharap, di akhir cerita tokoh utama dapat menikah dengan pujaan hatinya dan kemudian hidup bahagia selama-lamanya. Sepertinya, pernikahan adalah titik awal dari segala kebahagiaan manusia. Kunci untuk membuka kotak kebahagiaan yang tak pernah habis.


Lihat saja, tanpa pernikahan, hidup Romeo dan juliet berakhir tragis. Kisah Laila Majnun menjadi kisah cinta yang memilukan. Karamnya kapal Van Der Wijck lebih dari sebuah tragedi bagi Zainudin, lebih dari hanya tenggelamnya sebuah kapal, tapi berarti hilangya kepingan hati yang dibawa Hayati. Tanpa pernikahan cerita Jasmine dan Saiful Malook menjadi sebuah cerita yang menyedihkan dalm novel Surat Cinta Saiful Malook buah karya Risma Budiyani. Saiful menggila, karena dunianya lenyap, di bawa Jasmine. Kekasih maya yang tak pernah bisa direngkuh. Jasmine tertatih membawa cintanya, sambil terus berharap suatu hari kelak ada seorang pangeran yang mencintai Jasmine seperti Jasmine pernah mencintai Saiful Malook. Tulus tanpa tendensi. Sama seperti tragisnya Sampek-Engtay.


Dan dengan pernikahan Cintanya Zulaikha kepada Yusuf menjadi suci. Dengan pernikahan Cita-cita seorang Kartini lebih mudah tercapai. Abu Kasan Sapari berbahagia dengan Lastri. dan Kebahagiaan Fahri menjadi lengkap bersama Aisha dalam ayat-ayat cinta.


Pernikahan adalah sebuah episode yang diharapkan akan juga dilalui oleh setiap insan. Sebuah titik kehidupan yang akan dilalui, yang juga telah ditetapkan sebelum manusia hidup kedunia. Cepat atau lambat, pernikahan menjadi sebuah momen yang direncanakan dalam benak manusia. Sadar atau tidak, setiap langkah kehidupan mengarah ketitik sana.


Pernikahan adalah penawar dari hidup yang ditakutkan manusia : sepi, sendiri. Dengan menikah berarti memastikan ada teman disamping disaat kau sendiri. Ada punggung yang tegak yang siap dijadikan sandaran saat lelah menjalani hidup. Ada dada yang lapang untuk berlindung dan menumpahkan kekesalan hidup. Ada tangan yang menggemgam teguh memberi harapan di saat mulai ragu akan pilihan hidup. Ada kaki yang kuat yang siap berjalan mengiringi entah seberapa jauh perjalanan hidup.


Walaupun banyak sudah cerita, lirik, lagu, langgam, puisi, pepatah, tulisan mengadopsi dari imaji pernikahan. Banyak sudah cerita di buat, bertemakan pernikahan. Buku dicetak sebagai solusi pernikahan. Tulisan di muat utuk menginspirasi kehidupan pernikahan. Konsultasi dibuka sebagai pusaran masalah dalam pernikahan. Nyatanya walaupun begitu, adalah fakta yang sulit untuk maju ke pernikahan. Banyak pertimbangan dan pikiran-pikiran yang membeban.

Pernikahan menjadi bukan hanya sebuah prosesi untuk menyatukan dua insan, Tapi menyatukan dua cita-cita yang mungkin berbeda dan mungkin akan berubah pula kelak. Pernikahan bukan hanya sebuah upacara untuk menyatukan dua keluarga, tapi darinya, akan lahir sebuah keluarga dari dua keluarga yang berbeda. Sebuah keluarga yang harus dibimbing dan dihidupi. Pernikahan bukan hanya menjadi sebuah ikatan untuk terus bersama dalam sebuah suka dan bahagia. Tapi ikatan yang harus terus dijaga dalam sakit dan duka.

Pernikahan adalah sebuah perjanjian yang agung antara seorang pria dan seorang wanita. Allah menyatakannya dalam al-Qur’an sebagai perjanjian yang kuat, mitsaqan galizha. Sebuah pernikahan hanya akan berarti apabila dilandasi oleh dasar saling cinta dan berniat menjalankan sunnah rasul. Pernikahan dalam Islam tidak bermakna apabila hanya didasari oleh keinginan hawa nafsu: nafsu melihat kecantikan, nafsu melihat kekayaan, pangkat, jabatan dan status sosial. Sekalipun hal itu merupakan hiasan namun dalam hal memilih jodoh Nabi berpesan agar menomorsatukan agamanya, niscaya kamu akan merasa tenang karenanya.

Dalam ajaran Islam, pernikahan mengandung beberapa tujuan. Pertama, pernikahan adalah melaksanakan sekaligus menghidupkan sunnah rasul. Kata Nabi SAW: "Nikah itu sunnahku barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku maka ia bukanlah golonganku". Menikah adalah menyempurnakan pengamalan kita dalam beragama. Nabi pernah menyatakan menikah adalah setengah melaksanakan agama.

Kedua, Nikah bertujuan untuk menjaga keberlangsungan eksistensi manusia. Allah SWT mengangkat manusia sebagai khalifahNya, wakilnya, mandatarisNya di muka bumi. Untuk terus memelihara dan melanjutkan risalahNya maka Allah meminta kita untuk memperhatikan, memelihara dan membina keturunan. Jalan halal yang ditempuh untuk memperoleh keturunan adalah dengan menikah. Firman Allah dalam surat Annisa ayat 9 "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang merasa anak-anak yang lemah". Dengan menikah diharapkan lahir generasi-generasi baru yang dapat melanjutkan amanat-amanat Allah dan risalah NabiNya..

Ketiga, menikah adalah memperjelas nasab/keturunan. Tanpa pernikahan dapat dibayangkan banyaknya anak-anak yang lahir tanpa nasab yang jelas, siapa ayahnya dan siapa ibunya.
Keempat, Pernikahan adalah upaya menghindari dekadensi moral. Ucapan Ijab kabul sangatlah pendek mungkin hanya satu menit. Namun ucapan yang hanya sesingkat itu telah merobah dengan luar biasa status hukum seseorang terhadap lainnya. Kalau dahulu berdua-duaan antara seorang laki-laki dengan wanita yang bukan mahram itu diharamkan maka setelah ijab kabul melakukan hubungan yang mesra antara suami istri justru mendapat pahala karena sudah dihalalkan.

Kelima, menikah adalah pintu gerbang mencapai keluarga sakinah. Tidak ada kenikmatan yang luar biasa kecuali memiliki keluarga yang harmonis, damai, tentram, penuh cinta dan kasih dalam satu bahtera. Sebaliknya tidak ada penderitaan yang luar biasa selain memiliki keluarga yang penuh konflik, jauh dari kedamaian, cinta dan harmoni. Kalau di dunia ini ada surga maka itulah pernikahan yang bahagia, sebaliknya bila di dunia ini ada neraka maka itulah pernikahan yang gagal. Masyarakat yang baik akan muncul dari keluarga yang baik sebagaimana juga keluarga yang buruk akan menghadirkan masyarakat yang buruk.

Keluarga adalah tempat yang pertama sekaligus utama membentuk generasi yang shalih. Jadikan ia tempat untuk menanamkan bibit-bibit unggul generasi masa depan demi kejayaan Islam dan kaum Muslimin. Doa demi doa harus selalu menyertai perjalanan hidup kita dalam keluarga.

Allahumma Barik lahuma fi khairin. Rabbana Hab Lana min azwajina wa zurriyyatina qurrata a’yun waj’alna lilmuttaqina imama. Rabbana Atina Fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina azabannar.
*******************

Perkara jodoh memang misterius, kita tidak pernah bisa memilih kapan, dimana dan dengan siapa kita akan berjodoh. Boleh jadi pasangan kita terpisah ribuan mil di sana atau tetangga sebelah rumah yang sekaligus teman sepermainan. Boleh jadi dia berbeda zaman dengan kita atau malah sebaya. Boleh jadi dia musuh besar kita atau malah pujaan.

Begitu pun kami yang tak pernah memilih untuk bertemu dan kemudian memutuskan untuk menikah. Kami tidak pernah tahu bila dalam kitab lauhul mahfuz, jauh sebelum kami diciptakan. ALLAH telah menggariskan sebuah suratan nasib bahwa suatu hari kelak kami akan bertemu.

Kami bertemu di Jakarta pada tahun dimana NASA meramalkan itu adalah tahun terpanas sepanjang sejarah Global Warming. Badai El Nino dan emisi yang dihasilkan rumah kaca buatan manusia menyebabkan 2005 sebagai tahun paling panas sejak pencatatan suhu bumi pertama kali dilakukan pada akhir 1800.

Saat peristiwa El Nino juga mengakibatkan terbakarnya kawasan hutan yang hampir seluas 10 juta ha (FWI, 2001). Sementara 80% dari kejadian tersebut terjadi lahan gambut. Padahal lahan gambut merupakan penyerap emisi karbon terbesar di dunia. Akibat peristiwa ini, sebanyak 0,81-2,57 gigaton karbon dilepaskan ke atmosfer. Begitupun luas lapisan es di Greenland yang mencair bisa mencapai dua kali luasan Amerika Serikat, dengan kecepatan mencair tahun 2007 lebih tinggi dari rata-rata 1988 hingga 2006. Cinta kami malah bersemi seiring dengan turun – naiknya temperatur bumi dan suhu politik. Tidak datar, tetapi juga tidak terlalu berguncang.

Kami memang menaruh hati sejak pertemuan pertama. Tetapi kami biarkan cinta kami hanya mengisi ruang hati hingga saat yang tepat tiba. Kata orang kami berbeda, tapi kami tak benar-benar berbeda secara prinsip. Kami sama-sama mencintai karena ALLAH. Kecintaan yang menyertai kepasrahan seorang hamba. Kami sadar bahwa kami bertemu karena ALLAH, maka hanya ALLAH yang dapat memisahkan kita.

Ketika orang masih berdebat mengenai warna kulit. Kami malah saling mengagumi. Ketika orang saling membanggakan kebudayaan sendiri dan mencerca milik orang lain, kami malah saling belajar memahami.

Kami tidak ada masalah dalam menyikapi perbedaan. Justru perbedaan memperkaya wawasan kami. Biar sang akuntan yang logis bisa merasakan imajinasi sang penulis. Biar keju berpadu dengan singkong menjadi singkong keju yang lezat. Biar kemegahan kota New York berasimilasi dengan kearifan budaya timur yang sangat jawanis.

Siapa yang sangka pula kalau kami ini sengaja dipasangkan, karena kami seperti tutup dan botol. Sang pria adalah anak terakhir dari empat bersaudara, sekaligus satu-satunya anak lelaki. Sang gadis adalah anak pertama dari empat bersaudara, sekaligus satu-satunya anak perempuan.
Menurut mitos yang berkembang di Tanah Jawa bila sulung bertemu bungsu, Insha ALLAH langgeng dan makmur. Kami pikir itu konyol sebelum kami membaca tulisan seorang pakar pernikahan.

Seorang pakar pernikahan kenamaan asal Amerika, Dr. Kevin Leman, percaya bahwa kepribadian, cara berbisnis, perspektif dalam mengasuh anak, serta cara memilih pasangan sangat tergantung pada posisi seseorang sebagai anak dalam keluarga. *Sulung + Bungsu = Happy Ending* Sekali lagi, pernyataan itu hanya berdasarkan apa yang biasanya terjadi.

Dari riset terhadap tiga ribu pasangan dengan kombinasi di atas, terlihat bahwa pasangan ini secara alamiah tertarik satu sama lain. Anak sulung mengajarkan hal-hal seputar prinsip hidup dan rencana masa depan, sedangkan anak bungsu membantu pasangannya untuk lebih santai dalam menghadapi hidup. Menurut para peneliti, yang terbaik ialah istri sulung dan suami bungsu.Wanita yang terlahir sebagai anak sulung cenderung memiliki naluri keibuan yang sangat tinggi. Di lain pihak, pria yang terlahir sebagai anak bungsu cenderung membutuhkan kehangatan seorang ibu.

Tentu saja semua teori diatas bukan satu rumus yang pasti. Semua hanyalah indikator berdasar hasil penelitian semata. Jadi di manapun posisi anda sekarang, tetaplah berusaha menjalankan yang terbaik dan bersyukurlah jika posisi anda dalam keluarga tidak berpengaruh dalam kehidupan berumah tangga. Dengan kata lain, pembahasan di atas ialah sebuah petunjuk, bukan anak panah. Jadikan saja sebagai satu pengetahuan yang membawa ke arah pernikahan yang lebih bahagia.

Kalau itu adalah rumus pasti. Kasihan sekali kalau beban mencari pasangan hidup yang berat ini mesti harus ditambah melacak ’weton’, posisi anak dalam keluarga, dan lain sebagainya yang tidak penting.

Bagaimana jadinya bila timur bertemu barat? Black American bertemu dengan gadis jawa tulen? Seorang penulis dengan akuntan? Gadis sulung bertemu dengan pria bungsu? Sanguin-melankolis bertemu kolerik-melankolis? Pisces bertemu Virgo?

Yah inilah kami. Waktunya telah tepat bagi kami untuk bersatu dengan segenap perbedaan di antara kami. Kami telah menemukan pasangan sayap yang selama ini kami cari, untuk terbang bersama meraih cita, membangun keluarga yang sakinah-mawaddah-warrahmah, hingga maut memisahkan kami. Kami sadar pernikahan adalah long life learning process, dalam perjalanannya pasti akan ada kerikil-kerikil yang menghadang. Insha Allah kami siap menjalaninya dengan penuh suka cita.

Insha ALLAH, Minggu ini, kami akan menikah. Kami mohon doa restu dari Anda semua. Kami sadar bahwa mengarungi laut kehidupan dalam satu bahtera rumah tangga bukan sesuatu yang mudah. Ia bukan saja menuntut kesetiaan, pekerjaan mencintai namun juga banyak hal lain, dari masalah prinsip hingga remeh. Kami ingin pernikahan ini langgeng hingga maut memisahkan kami. Cendekiawan Morrie Schwartz dalam buku Tuesdays with Morrie mengatakan, "The most important thing in life is to learn how to give out love, and to let it come in.”

Senin, 08 September 2008

Sumi Jadi Caleg

SUMIYATI, begitu aku memanggilnya. Temanku di kampus biru, gadis Parung yang melepas masa lajang di semester 2. Kemudian di semester-semester akhir aku dan dia jadi teman dekat. DIa juga yang membuat aku memberanikan diri menulis 'Surat Cinta Saiful Malook'. Dia saksi yang tidak bisu dari sekian banyak perjalanan hidupku.

Aku dan dia adalah sahabat baik. Dulu kami banyak bercerita tentang hidup. Hingga akhirnya kami terpisahkan oleh kesibukan masing-masing. Aku melanglang meraih mimpi dengan melacurkan otak di dua perusahaan hingga akhirnya aku menetapkan diri menjadi penulis. Sahabatku ini selalu hadir di setiap langkah keberhasilanku. Hingga ketika aku diundang menjadi pembicara di sebuah radio bertaraf nasional. Dia pun turut serta berbicara, karena dia saksi perjalanan aku dan Saiful Malook.

Ketika aku susah dan senang, dia pasti selalu ada. Tetapi tidak begitu sebaliknya. Aku terlalu sibuk dengan duniaku. Kami hanya mengobrol basa-basi. Mungkin dia juga sibuk berjuang untuk lulus dari kampus biru di tahun ketujuh. Walau akhirnya dia lulus juga tahun ini.

Singkat cerita beberapa minggu lalu, aku mendapatkan pesan singkat di HPku."Please help me!"

Namun karena aku terlalu sibuk kala itu. Aku lupa untuk membalasnya. Hingga sabtu lalu dia mengirimkan sms lain."Please call me!"

Aku yang masih berada di antara alam nyata dan mimpi, tergelitik juga untuk meneleponnya."Assalamualaikum, whats up girl?"

Sumi menimpali, "Walaikumsalam. .....""Whats up. Maaf baru sempet telepon""Tidak apa, aku mengerti kok. I really need your help now".

"Anything jika aku masih mampu pasti aku bantu".

Sumi seperti menghela nafas sebelum mulai berkata, "Sudah beberapa bulan ini aku dinobatkan jadi caleg untuk wilayah kota Bogor".

Aku kontan kaget, "Whuat?!? jangan bercanda deh".

Sumi menimpali dengan cekatan, "Ini serius. Partai itu kurang kuota perempuan untuk wilayah Bogor. Aku dicalonkan. Bahkan aku tidak perlu membayar uang apa pun untuk itu seperti caleg lain."

Aku menyerah, aku berusaha mafhum tentang keseriusan dia "Partai apa?"

" Partai X"

Aku tak sabar ingin menimpali, sebelum dia selesai berbicara, "Waduh mi, itu partai yang 'nggak banget' buat aku.

Lantas apa yang harus aku bantu?"Sumi mulai merayu, "Kan suamimu bule tuh. Kamu pasti banyak uang. Aku butuh uang untuk dana kampanye. Jumlahnya hanya sekian juta. Kira-kira kamu bisa bantu aku berapa?"

Aku tersedak mendengar itu, "Aduh mi, kalo aku punya banyak uang. Aku tidak mungkin mengontrak di apartemen. AKu pasti langsung beli rumah. Nah ini rencananya aku baru akan pindah rumah, lebaran ini. Makanya aku agak pusing tujuh keliling nih."

Sumi mafhum, "Wuah, sayang sekali. Kira-kira siapa yang bisa bantu yah?"

Aku yang penasaran mulai melontarkan pertanyaan, "Sumi kenapa kamu terlintas untuk jadi caleg? Kamu tahu kan kalo duitmu nanti bakal hilang percuma kalo tidak terpilih. Apalagi kamu dari partai 'burem'. Kamu tahu tidak kalau banyak korban yang akhirnya jadi gila. Sudah hilang duit banyak, lalu keluarga berantakan. Duh, sebagai sahabat aku berusaha menasihati sekali lagi yah. Sebelum terlambat", Agak emosi.

Sumi mulai melempem, tetapi masih dengan nada berapi-api, "Iya sih aku mengerti. Aku juga paham partai-ku ini bukan partai yang gemilang. Aku juga mengerti resikonya. Aku mau dicalonkan jadi caleg. Karena aku peduli dengan bangsa ini. Kamu tahu, di partaiku. Akulah satu-satunya yang paling 'bener' dan sarjana. Kebanyakan mereka bukan orang 'melek ilmu' tapi banyak duit. Juragan tanah. Kamu tahu sendiri mau jadi apa Bogor kalau anggota DPR/DPRD-nya macam kayak begitu? Bisa-bisa semakin 'blangsak'. Mereka membeli suara dengan uang. Semacam serangan fajar begitu. Nah aku caleg paling kere yang idealis. Aku butuh uang itu untuk spanduk, kaos, dan atribut. Masak namaku tercantum sebagai caleg, tetapi aku tidak berusaha sama sekali".

Aku menyadari kalau Sumi benar-benar serius. Aku mulai menanyakan hal prinsipil, "Apa visi dan misi kamu?"

Sumi agak kelimpungan, "Visi dan misi. Mmmmhhhhh... ......"

Aku menang, "Rakyat sekarang sudah pintar....mereka juga ingin tahu visi dan misi calegnya. AKu bisa bantu kamu buat blog. Official blog untuk kamu kampanye. Tapi please jangan bebani aku untuk mengarang visi dan misi kamu. Lebih baik sekarang kamu pikirkan dulu. Kemudian kabari aku, Senin akan kubuat blogmu. Aku juga akan bantu sebarkan ke alumni kampus biru angkatan kita. Mudah-mudahan mereka bisa membantu".

"Ok thanks ya", ujar Sumi pelan."

Satu pesan aku. Shalatmu dibenerin, dekatkan diri ke ALLAH SWT. Aku takut kamu seperti calon Bupati di Tanah Jawa yang akhirnya kehilangan kewarasan, bangkrut dan kehilangan keluarga karena gagal", tak lupa aku menitipkan pesan.

Sumi riang, "Sip..."Akhirnya perbincangan kami kala itu berakhir.

Aku masih pusing memikirkan Sumi. Dan aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi dengan dia. Kala aku agak linglung. Suamiku mengagetkanku, "Beloved, whats up?"

Aku terkejut, "Nothing just something bothered me"Dia tersenyum padaku, "What?"Aku balas senyuman manisnya, "Nothing cinta. Do you still remember with my bestfriend Sumi?"

Suamiku mengangguk. Aku melanjutkan, "She's a senator candidate of Bogor".

Suamiku terkesima, " Oh really?"Yah dia Sumiyati, adalah temanku. Dia caleg dari partai X di wilayah pemilihan kota Bogor. Aku yakin, niatnya bagus. Tetapi dia terlalu naif di dunia politik yang sedemikian kejam. Saya takut dia kenapa-napa. Saya pun mendukung niat sucinya, menjadi anggota DPRD yang paling 'bener' di antara yang 'keblinger'. Tetapi siapa yang bisa jamin?