Rabu, 06 Mei 2009

AKU DAN DIA


"Dengar yah James! Kamu itu punya status yang berbeda dengan perempuan-perempuan kampung itu. Berkacalah dengan dirimu! Siapa kamu? Dimana kamu tinggal?" Nyonya itu berteriak-teriak penuh emosi. Suaranya memekakkan telinga, aku hanya diam. Sekali lagi aku hanya diam. Aku tak mampu bersuara, bahkan mengangkat kepala demi untuk melihat ekspresinya.

Aku bisa bayangkan bagaimana nyonya tua itu bila marah. Maka rambutnya yang tersasak tinggi akan semakin meninggi. Mukanya yang mulus lagi putih akan memerah seperti udang rebus. Sama mengerikannya ketika dia baru saja mengelupaskan kulitnya yang berjerawat di salon. Matanya akan mendelik-delik dan menakutkan.

Iya, aku tahu. Sejak aku lahir. Dialah yang merawatku. Memenuhi semua kebutuhanku, hingga aku sedewasa ini. Aku tinggal di rumah mewah bertingkat tiga dengan halaman yang cukup luas, dengan kolam renang ukuran olimpiade. Rumah kami teramat luas hingga kami membutuhkan lebih dari dua pelayan. Karena kami juga punya koki, tukang kebun, dan lain-lain.

Aku biasa memanggil mereka dengan sebutan tuan dan nyonya. Karena begitulah orang-orang biasa memanggilnya. Tentu saja seharusnya aku memanggil mereka mama papa. Tetapi aku lebih suka memanggilnya tuan dan nyonya. Karena mereka seperti tukang perintah yang tidak bisa dibantah sedikitpun. Sekalipun oleh aku anak kesayangan mereka.

Tuan adalah orang terpandang. Dia memiliki beberapa perusahaan besar. Setiap hari mobil yang digunakan berganti-ganti. Maka aku benar-benar tinggal di sebuah istana. Aku bermandikan kesenangan. Semua menyayangiku dan memanjakanku. Tidak ada yang tidak terpenuhi. Makanan lezat, pelayanan tingkat satu, perawatan terbaik, pendidikan terbaik, dan hal-hal lain yang kata orang membanggakan.

Tuan dan nyonyaku memiliki anak-anak yang sudah dewasa dan lepas dari pengawasan mereka. Mereka bahkan bertebaran di beberapa negara. Hanya aku yang tinggal di rumah untuk menyenangkan mereka. Aku lah yang membuat mereka tertawa lebar saat suntuk dan stress. Bagaimanapun juga aku bahagia tinggal bersama mereka.

Tuan hampir tidak pernah bicara dengan orang rumah. Bila tidak penting. Apalagi bercanda. Hanya Nyonya yang lebih punya banyak waktu untukku. Aku adalah kebanggaannya. Aku sering diajak beliau kemana-mana. Hingga aku sebesar ini. Nyonya hampir tidak pernah marah padaku. Kecuali saat ini.

"James, dengar kataku! Jangan sekali-kali kau meninggalkan rumah untuk alasan apapun tanpa aku atau pengawasan siapapun suruhanku. Orang di luar sana jahat. Bisa-bisa kamu diculik dan memintaku sejumlah tebusan. Ingat kata-kataku!" Nyonya itu lalu berlalu dari hadapanku setelah sebelumnya membelaiku lembut dan menciumku.

Sebenarnya aku jengah. Aku kan sekarang sudah dewasa. Tepatnya pria dewasa. Makanya aku patut untuk memilih jalanku sendiri. Aku juga ingin melihat dunia luar. Pastilah indah bermain dengan sebayaku. Dan mungkin jatuh cinta dengan perempuan.

Maka aku bulatkan tekadku untuk keluar dari rumah ini. Istana yang telah memberikanku kebahagiaan tiada tara. Tidak untuk selamanya. Hanya sekejap. Aku hanya ingin bertemu perempuan sebayaku. Yang mungkin bisa menjadi pujaanku.

Setelah berjuang keras mengendap-endap. Akhirnya aku benar-benar keluar. Oh nikmatnya udara luar. Aku melihat kesekeliling. Sebagian besar rumah tidak sebesar istanaku. Itulah yang aku heran bagaimana mereka bisa hidup di rumah seperti itu.

Saat aku berjalan sendirian. Aku merasa seluruh pasang mata menatapku dengan kagum. Yah, aku memang memiliki ras asing. Makanya perawakanku berbeda. Aku hanya menebar senyum kepada mereka.

"Hai.....selamat pagi! Selamat pagi semua. Hai....aku James!" Aku terus menyapa dan menebar senyum. Tetapi mereka tidak membalas. Mereka hanya menatapku kagum dan penuh keheranan.

Aku melihat mereka berbisik-bisik, "Eh...ada bule...ada bule lewat...". Sebagian besar yang bergumam adalah para perempuan.

"Tampan ya..." beberapa memujiku. Aku jadi tersanjung terbang ke atas awan. Aku hanya tersenyum. Sampai akhirnya aku melihat seorang gadis cantik menawan hatiku. Terlihat sekali penampilannya sederhana. Tentu saja dia adalah gadis lokal. Anehnya dia tidak menatapku heran. Dia malah asyik berjalan tanpa mempedulikanku.

Kurang ajar! Yah memang wanita itu cantik dan menawan. AKu bertekad untuk mencari tahu siapa dia. Ah tapi ini sudah terlalu jauh. Bagaimana kalau ada yang menculikku? Bagaimana apa yang dikatakan nyonya alias mama benar tentang orang-orang di luar sini. Tetapi, aku tidak peduli. Aku akan mendekatinya. Hanya untuk tahu nama.

Maka aku mendekatinya perlahan. Yah...aku berjarak kurang dari semeter dari tempatnya.

"Mhhh....Oh..." Aku gugup untuk memulai.

"Nnnnamaku....James kamu siapa?" Aku lagi. Tapi tiba-tiba, seseorang mengejutkanku. Tangannya ingin mencengkeramku kuat. Aku....aku.........aku nyaris pingsan ketakutan. Benar kata mama. Mungkin aku ....aku akan mati disini. Mama maafkan aku. Mereka tidak hanya satu orang tetapi dua orang penculik.

"Tuhan kalau aku masih hidup, maka aku akan selalu mendengar apa kata nyonya...eh mama"........Aku menutup mata, dan berdoa. Dan tiba-tiba kekuatanku muncul. Aku berontak. Dan akhirnya aku berhasil melepaskan diri dari mereka. AKu berlari sekencang-kencangnya hingga mereka tak bisa mengejarku. Aku menuju istanaku dan segera menerobos masuk. Anjing Rotweillerku melihat ku dan menggonggong. Ah aku tidak peduli. Akju berlari menuju sofa. Dan segera beringsut.

Uh tadi benar-benar mengerikan. Benar, aku tidak akan mau keluar rumah tanpa seseorang disampingku. Sekali lagi mama benar. Biar bagaimanapun mama selalu benar dan tahu yang terbaik untukku. Mama bukan nyonya dia adalah mamaku.

"James.........james.! dimana kamu?" Tiba-tiba teriakan khas mamaku yang khas mengagetkan lamunanku.

"Oh disini rupanya kamu. Yuk waktunya minum susu!" Mama membelaiku lembut dan menciumiku. Aku membalas ciumannya. Aku rindu mama. Maka tanpa menunggu lama aku segera bangkit dari sofa dan berlari-lari kecil di belakang mama menuju mangkuk susuku di dapur.

"Meong! meowww!" Aku mengeong gembira mendapat susu lezat. Aku memang beruntung. Sudah sepatutnya aku mensyukuri keadaanku. Aku tidak perlu iri dengan kucing kampung yang bebas. Aku memang terkungkung. Tetapi terkungkung di dalam istana yang penuh kenikmatan. Takdirku sebagai kucing rumahan ras Persia. Suatu saat aku juga akan menikah tetapi dengan Persia atau dengan Anggora. Bukan kucing kampung.

Aku adalah James si kucing Persia. Aku bangga dengan itu.


***Yes, I'm a cat lover***