Senin, 13 Oktober 2008

Episode Bule Masuk Kampung 1


Lebaran tahun ini menjadi special dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ini kali pertama aku dan suamiku bersama-sama merayakan lebaran. Ini pengalaman pertama suamiku merasakan kemeriahan lebaran ala Indonesia. Negara mayoritas muslim yang penuh dengan warna. Istimewa, karena ini pertama kalinya suamiku berlebaran tanpa harus takut telat masuk kantor. Lebaran sudah pasti libur nasional. Tidak hanya satu hari, tetapi minimal dua hari. Bahkan masih ditambah cuti nasional bagi pegawai pemerintahan.

Memang kami sudah merencanakan untuk mudik semenjak beberapa bulan lalu. Bahkan sempat memesan kamar hotel, namun akhirnya dibatalkan atas dasar rasa kekeluargaan. Para orang tua di kampung agak merasa tersinggung, bila tiba-tiba kami memutuskan untuk bermalam di tempat lain. Bayar pula! Kesannya sudah tidak 'level' lagi hidup ala orang ndeso. Yo wis.....kami pun memutuskan untuk ikut tradisi mudik seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami menginap di rumah pak de dan bu de.

Desa kami ada di pelosok sebuah kota kecil di pinggiran Yogya. Walau parabola sudah banyak menghiasi atap-atap rumah orang desa. Sebenarnya kami masih sangat 'ndeso'.

Aku merayu suamiku dengan iming-iming keindahan surgawi 'the real Indonesia'.
"Trust me, you'll feel homey being in paradise. You'll forget all stressful mind. Start every single morning with fresh air, bird singing, water flowing in the river, bla....bla....". Aku dengan berapi-api.

"Ok...but 12 hours?!?", suamiku memelas.

"Semua orang juga begitu. Ini kan tradisi tahunan. Semua orang yang merasa punya kampung halaman ya mudik setiap lebaran tiba. Sama saja seperti thanksgiving. Semua orang berbondong-bondong mengunjungi kampung halaman. Ini kan tahun pertama pernikahan kita. Ayolah! Apa kamu tidak ingin bertemu dengan mbah, pak de, bu de, mas dan mbak?" Aku merajuk sambil menggelendot mesra.

"It will be your unforgettable moments", aku menambahi.

"Okay, I'll follow you. But next Thanksgiving, you'll with me".

Aku memekik riang, "Cihui!!!". Aku menghujani wajah suamiku dengan ciuman bertubi-tubi. Mmmuah....mmmmuahhhhh "Terima kasih ya!"

Malam itu juga kami mengemasi barang-barang kami. Rencananya besok pagi-pagi buta, supir ayahku akan menjemput kami di apartemen. Kami memilih menunaikan shalat Eid di Kampung Utan. Jadi selepas bersilaturahmi sejenak dengan para tetangga. Kami bisa segera pergi.

Tahun ini keluarga kami memang benar-benar ingin membuktikan sendiri asumsi bahwa mudik selepas shalat Eid akan lebih cepat. Arus jalan raya akan lengang karena telah melewati puncak arus mudik. Tahun sebelumnya aku membutuhkan lebih dari dua malam perjalanan menuju Purworejo. Berangkat H-2, baru sampai 5 jam sebelum shalat Eid. Aku rasa aku terlalu kapok untuk mengulangi kesalahan yang kedua kalinya.

Berbekal dengan prediksi buta. Kami pun berangkat. Ternyata perjalanan tidak semulus bayangan. Bahkan kemacetan sudah menghadang semenjak kami masih di daerah Lebak Bulus. Kemacetan semakin parah di Tol Cikampek. Sepertinya sebagian besar pemudik yang sempat gusar dengan kemacetan H-2 setahun yang lalu, mengadu peruntungan yang sama untuk berangkat sehabis shalat Eid, dengan harapan merekalah satu-satunya pemudik pintar dan tidak ada saingan sebagai pengguna jalan.

"See.....What I said", suamiku dengan masam.

"We've been 4hours here", katanya lagi.

Aku hanya tersenyum yang tidak kalah kecutnya, "Well, its beyond prediction. I mean it". Aku meyakinkan.

"Just enjoy the time sayang, look at other 'mudikers' (=orang-orang mudik). We are not alone!" Aku sembari menunjuk-nunjuk.

"Masha Allah, If we are the only 'mudiker' we'll not being trapped on traffic here, SAYANG!" Suamiku semakin uring-uringan. Sedang aku tertawa cekikikan.

Lama-kelamaan aku kasihan juga dengan si bule ini. Aku raih tangannya, aku ciumi dengan khidmat hingga ia menoleh ke arahku.
"Sayang, sorry I shouldn't forced you to do this. You must be so tired. I promised next time we'll go to Yogya by our helicopter. We don't need to use this car anymore, we'll flying. Or may be next time, we should ask the regional police officer to sweep all the roads that we'll pass. So we'll be the only car", aku merajuk manja.

Suamiku tertawa, sepertinya aku berhasil merayu. Dia memelukku dan menciumi keningku. Dan kami pun tertidur ketika mobil kami akhirnya melintasi Indramayu.

Benar saja itu adalah perjalanan mudik dengan rekor terlama. Perjalanan Jakarta-Purworejo yang seharusnya hanya ditempuh paling lama 12 jam. Kali ini butuh 24 jam. Kami beristirahat hampir di setiap waktu shalat atau makan. Suamiku beruntung, kami menemui makanan ala bule di jalur pantura. CFC (=California Fried Chicken) buka stand di salah satu tempat peristirahatan. Senangnya melihat suamiku menemukan 'makanannya'. Hahahah.......




Tidak ada komentar: