Jumat, 24 Oktober 2008

Sejoli Dunia Akhirat

SEJOLI DUNIA AKHIRAT


Dulu sebelum aku menikah, aku sempat memimpikan sosok seorang lelaki shalih yang kelak akan menjadi imam untukku dan anak-anakku. Sekaligus jadi tauladan untuk adik-adikku. Karena aku anak pertama, otomatis aku adalah panutan untuk saudara-saudaraku. Selain itu aku juga memimpikan seorang lelaki yang punya mimpi. Aku butuh teman bermimpi untuk bersama-sama mewujudkan mimpi.

Atas dasar alasan tersebutlah, aku agak lama juga hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Mungkin aku agak pemilih. Bukankah menikah memang harus memilih? Satu pilihan sulit yang akan menentukan hidup kita selanjutnya. Apakah kita akan masuk surga atau masuk neraka. Karena seorang suami dalam Islam bukan hanya sejoli atau soulmate tetapi Imam. Dia yang berkewajiban untuk menuntun keluarganya.

Hal ini bisa dibilang sebuah kriteria yang agak sedikit sulit. Kata orang kalau kita ingin mendapatkan pria baik-baik, maka kita harus menjadi wanita baik-baik. Pasangan hidup kita adalah cerminan kita. Ups...walau aku ini muslimah berjilbab. Tetapi sepertinya sepanjang perjalanan waktuku memahami makna berjilbab, tidak banyak berubah dari 8 tahun lalu. Aku masih seorang fashionista yang berusaha terus menerus memperbaiki diri. Walau aku terus membentengi diri dengan puasa sunnah atau shalat sunnah selain ibadah wajib, tetapi aku bukan tipikal 'akhwat' shalihah dengan jilbab lebarnya yang rajin mengikuti kajian Islam. Tetapi aku tetap bermimpi mengejar 'ikhwan' berjenggot yang benar-benar memahami Islam dan berminat mengajak pasangan hidupnya untuk bersama meniti jalan surga.

Nyaris mustahil. Setahuku pria macam itu akan mencari muslimah yang cukup shalih untuk berjalan bersama. Pasti ya mereka juga bertemunya di kajian Islam. Lantas dijodohkan oleh guru mengaji. Tetapi aku tidak putus harapan, begitu pun aku masih tidak punya waktu untuk rutin kajian. Selain meminta temanku yang muslimah tulen menyampaikan hasil kajian mingguannya kepadaku.

"Ha?!? Risma dapat bule Amrik? Apa tidak 'keblinger'? Memangnya dia muslim? Jangan-jangan......"

Mungkin itu segelintir pertanyaan investigatif yang dilontarkan orang-orang ketika akhirnya aku menyebarkan woro-woro perihal pernikahanku. Belum pernah terlihat menggandeng lelaki, tiba-tiba tersiar kabar bahwa aku akan menikah. Lagi-lagi pertanyaan yang sama adalah

"Jangan-jangan hamil........."

Akhirnya aku menikah. Sebelum akad nikah aku sempat ragu sejenak. Mungkin semacam pre-married syndrom. Namun saat aku dengar penghulu mensyahkan ijab kabul antara suamiku dan ayah. Aku lega sekali. Aku diboyong keluar menemui sang arjuna yang telah syah menjadi suamiku. Alhamdulillah. Ada tangis haru dan bahagia. Semua ikut menangis. Aku cium tangannya. Suamiku malu-malu mencium keningku di hadapan puluhan pasang mata.

Setelah beramah-tamah sejenak. Kami mohon diri untuk berwudhu dan menuju kamar. Pernikahan adalah hal yang sakral. Maka pernikahan harus dimulai dengan ritual sakral. BERDOA. Aku dan suami melaksanakan shalat sunnah dua rakaat. Setelah selesai aku mencium tangannya hikmat dan kami berpelukan. Haru.

Suamiku memegang keningku, sembari komat-kamit merapalkan doa yang disunnahkan untuk pengantin baru. Alhamdulillah. Barulah kami berciuman untuk pertama kalinya. Subhanallah! Tidak kusangka berciuman senikmat itu.

Apakah aku benar-benar menemukan sejoli idamanku? YA. Suamiku adalah lelaki dalam impianku. Jawaban dari doa-doa panjangku tentang sosok lelaki yang kelak akan menuntunku ke surga. Aku memilih bukan karena dia 'bule' tetapi karena dia shalih. Kalau misalkan dahulu aku bertemu dengan pribumi shalih dan dia meminangku mungkin aku juga akan memilihnya. Tetapi sayangnya tidak. Arjunaku meminangku dahulu.

Siapa nyana suamiku itu lebih shalih dari lelaki pribumi yang kukenal sudah menjadi Islam sejak lahir. Suamiku yang mualaf selama 10 tahun, benar-benar lebih baik. Dia hafal Alquran juz 30.
"Whuat?!!" Begitu reaksi orang-orang yang kuberi tahu.

Yah memang. Suamiku malah lebih banyak tahu tentang Islam daripada aku. Dia yang selalu menasihati aku.

Sewaktu aku memakan steak dengan pisau di tangan kananku dan garpu di tangan kiriku, kemudian aku memakan irisan daging dengan garpu ku. Dia berkata,

"Cinta, mengapa kau gunakan tangan kirimu untuk makan?"

Ups..... lantas dia akan melanjutkan ceramahnya dengan deretan dalil-dalil panjang. Ketika aku lupa shalat rawatib, dia akan mengingatkanku dengan contoh. Setiap ada permasalahan, maka kata-katanya adalah embun yang menyejukkan.

Aku masih ingat ketika dia begitu kesal melihat orang-orang yang seenaknya membuang sampah. Maka dia akan berkata, "Islam itu bukan hanya masalah Ibadah. tetapi seorang muslim harus bisa mengimplementasikan ibadahnya ke kehidupan sehari-hari. Kebersihan adalah sebagian dari Iman. Menjaga bumi adalah bagian dari mensyukuri nikmat......."

Ditambah lagi dengan pesan panjangnya, "Cinta, aku mohon kamu jangan ikuti orang lain. Kalau perlu kamu jadi contoh".

Halaaaaaaaahhhhh. Makanya di rumah kami ada banyak sekali tempat sampah. Padahal kami belum punya banyak barang untuk rumah baru kami. Hahahha.......

Aku benar-benar mencintainya karena Allah. Aku belum pernah melihatnya marah dengan membentak apalagi memukul. Tetapi aku tahu bila dia marah. Kata-kata lembutnya tetap terasa menyesakkan bila dia sedang marah. Aku akan menangis merasa bersalah. Atau mungkin karena perbendaharaan kata-kata Bahasa Inggrisku belum cukup bila harus berdebat panjang lebar. Hahahha....

Ritual paling indah adalah ketika kami usai shalat berjamaah. Aku akan mencium tangannya khidmat sebelum kami berciuman mesra. Aku suka tidur di pangkuannya ketika dia menceritakan kisah khidmat tentang para sahabat atau hadis atau dalil.

Apakah dia juga partner bermimpi yang tepat? yah dia adalah rekan meraih mimpi seperti dalam impianku. Rasanya sangat indah. Ketika kamu bisa berjalan seia-sekata dengan pasangan hidup.

Kami tidak berpacaran seperti pasangan lain sebelum menikah. Bahkan pengalaman pertama kali aku menonton dengan teman lelaki adalah selepas kami menikah. Makanya kami berniat untuk pacaran dulu sebelum kami punya momongan. Aku juga ingin tahu bagaimana rasanya 'dating' dengan kekasih. Berciuman dengan kekasih. Kata suamiku, "Aku ingin bersenang-senang dengan pengantinku sebelum anak-anak memonopolinya".

Oh so sweet.......Satu impian kami selepas masa pacaran ini. Kami ingin punya anak-anak shalih yang kelak akan mendoakan kami saat kami meninggal nanti. Subhanallah! Sebuah cita-cita mulia suamiku yang menyadarkanku betapa suamiku memang layak untuk jadi imamku.

Kalau ada yang bertanya, kenapa tidak menikah dengan pribumi? Tidak levelkah?

Aku akan menjawab dengan lantang. Karena pria pribumi yang mendekatiku tidak hafal Alquran dan hadis, aku tidak yakin apa dia mampu memimpinku dan anak-anakku nanti.

Ketika suamiku pergi meninggalkan rumah dan membuatku berlinang airmata, memohon-mohon agar tidak pergi. Dia akan menenangkanku dengan perkataan.

"Aku pergi tak akan lama, berjihad untuk kemashlahatan umat dan keluarga kita. Aku pergi mencari nafkah. Suatu hari pada saat yang tepat kita akan bersatu Insha Allah"

Maka saat itu keberanianku akan keluar. Demi Tuhan aku bukan perempuan tegar. Tetapi suamiku mengajarkanku akan arti sebuah ketegaran. Aku dan dia mengejar mimpi. Terkadang mimpi memang menyakitkan di awal tetapi terasa indah di akhirnya. Insha Allah waktu itu akan datang.

Duhai temanku yang mengasihani aku yang sering terpisah jauh dengan suamiku. Demi Tuhan aku tidak butuh dikasihani. Aku menikmati masa-masa ini. Suatu hari aku akan merindukan masa-masa ini.

"Allah tidak akan menguji di luar kemampuan hamba-Nya" (Albaqarah: 286)

Aku diuji seperti ini, karena Allah pikir aku mampu melaluinya. Allah tidak menguji kalian, karena Allah pikir kalian tidak mampu. Seperti Allah tidak menguji aku dengan kesulitan yang ditimpakan kepada kalian, karena Allah tahu aku tidak mampu.

Apa yang diberikan Allah adalah yang terbaik. Allah lebih tahu dari hamba-nya. Allah selaras dengan prasangka hamba-Nya. Terima kasih Ya Allah, telah berikan aku sejoli dunia akhirat. Doakan kami agar tetap langgeng. Ameen.

I love you for the sake of Allah:)


Tidak ada komentar: